KLASIFIKASI
JANGKRIK
Jangkrik merupakan
serangga lompat yang termasuk dalam family Gryllidae. Ada sekitar seribu
spesies jangkrik yang hidup terutama di daerah tropis. Banyak juga spesies yang
hidup di daerah yang beriklim sedang yaitu, dengan suhu 26-33derajat C dan
kelembaban 75-80%.
Usaha budidaya
jangkrik di Negara kita sangat didukung oleh iklim, cuaca, ketersediaan lahan
ataupun jenis jangkrik yang ada di sekitar kita. Usaha budidaya ini dilakukan
untuk menghindari kelangkaan dan kepunahan akibat perburuan yang intensif dan
habitat jangkrik yang semakin terdsak oleh modernisasi atau perluasan daerah
perkotaan serta dampak penggunaan pestisida. Seiring dengan meningkatnya
kebutuhan jangkrik sebagai pakan hewan piaraan, maka sudah saatnya serangga ini
dibudidayakan secara lebih intensif dan kontinyu, sehingga dapat memenuhi
permintaan pasar.
Gambar 1. Jangkrik (Gryllus sp.)
Jangkrik merupakan
jenis insekta yang hidup di semak-semak rerumputan pekarangan. Menurut Borror (1992)
jangkrik dikelompokkan dalam :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Klas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Sub Ordo : Ensifera
Famili : Gryllidae
Sub Famili : Gryllinae
Genus : Gryllids
Spesies : Gryllus
mitratus (Jangkrik celiring)
Gryllus testacius (Jangkrik cendawang)
Gryllus bimaculatus de geex (Jangkrik
kalung)
Sumber : Jannah. 2000
Menurut Paimin et al. (1999), jangkrik-jangkrik yang
hidup dan berkembang biak di Indonesia sebanyak sekitar 123 jenis, dan belum
diketahui dengan pasti asal usul bangsanya, karena belum terklarifikasi dengan
baik da nada yang hanya nama daerahnya. Jangkrik jawa Gryllus bimaculatus atau kalung (karena pangkal sayap luarnya
bergaris kuning menyerupai kalung) memiliki panjang tubuh (dari kepala hingga
ujung perut) kurang lebih 2-3 cm. warna tubuh bervariasi, tetapi pada umumnya
coklat kehitaman dan hitam. Ras yang mempunyai sayap dan tubuhnya berwarna
kuning kemerah-merahan disebut jerabang dan yang hitam legam disebut jeliteng,
yang ukurannya bisa sampai 5 cm. jenis Gryllus bimaculatus ini umumnya
dimanfaatkan untuk pakan burung, ikan dan aduan karena agresivitas dan
kerikannya yang nyaring (Suseno, 1999).
Penyebaran
Dan habitat Jangkrik
Jangkrik dapat ditemui hamper
di seluruh Indonesia, tetapi lebih banyak ditemukan di daerah yang kering yang
bersuhu 20-30derajat C dan kelembaban 65-80% (Sukarno. 1999), tanahnya gembur
atau berpasir dan tersedia banyak tumbuhan semak belukar. Jangkrik hidup
bergerombol dan bersembunyi dalam lipatan-lipatan daun kering atau bongkahan
tanah.
Jangkrik yang termasuk family
Gryllidae ada sekitar 1000 jenis jangkrik. Kelompok ini terutama hidup di
daerah tropis. Jenis jangkrik yang paling umum dikenal masyarakat adalah
jangkrik kalung atau Gryllus bimaculatus.
Di alam bebas bentuk dewasa jangkrik kalung hanya bisa ditemukan pada
musim-musim tertentu kira-kira bertepatan dengan musim bunga Eulolia amaura (rumput lamuran), karena
mempunyai hubungan yang erat (jangkrik jantan yang digelitik dengan bunga
tersebut akan marah, lalu diadu dengan jantan lain).
Jangkrik lokan jenis
bimaculatus ini ditemukan secara soliter di kebun tembakau, kacang, mentimun,
di tanah kemerahan yang berpasir. Memasuki musim kemarau jangkrik hijrah
mendekati sumber-sumber perairan, seperti di rumput kaso atau ilalang di
pinggir sungai (Karjono. 1999). Pada siang hari, jangkrik kalung bersembunyi di
bawah batu-batuan, reruntuhan pohon atau dalam tanah. Pada malam hari jangkrik
berkeliaran mencari makanan dan pasangan.
Makanan
Jangkrik
Jangkrik makan sejumlah
besar aneka ragam bahan anabti dan hewani. Jenis pakan yang disukai oleh
jangkrik adalah daun-daun muda yang banyak mengandung air sebagai pengganti
minum seperti sawi, kubis, bayam, daun papaya, dan lain-lain. Untuk jangkrik
dewasa biasanya diberikan ketimun yang juga sebagai pengganti air minum. Kebutuhan
protein diperoleh dari penambahan pakan kering yang sudah dihaluskan (Budi.
1999).
Tipe dan jumlah pakan
yang dimakan serangga ini dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan,
reproduksi, kelakuan, dan seringkali berbagai sifat-sifat morfologik lainnya.
Perkembangbiakan
Dan Reproduksi Jangkrik
Usaha jangkrik untuk
mempertahankan keturunannya dilakukan melalui siklus reproduksi. Ini dimulai
dengan proses kopulasi antara jangkrik dewasa jantan dan betina, yang dicapai pada
usia sekitar 70-80 hari. Usia jangkrik betina siap kawin ditandai dengan
keluarnya sayap terbang dan ovipositor secara lengkap, gerakannya gesit atau
lincah dan pada jantan, diiringi dengan suara ngekrik yang keras (Sukarno. 1999).
Jangkrik adalah
serangga yang memiliki system reproduksi dioceus yaitu kelamin jantan dan
betina terdapat pada individu yang berlainan. Alat kelamin serangga biasanya
terletak pada ruas abdomen delapan dan sembilan. Ruas-ruas ini memiliki
sejumlah kekhususan yang berkaitan dengan kopulasi dan peletakan telur.
Alat reproduksi
serangga betina terdiri atas sepasang ovarium dengan bagian-bagiannya yang
terdiri atas indung telur (ovariolla), saluran telur (oviduct), oogonia, sel
folikel, sel germanium, oosit dan reseptakulum seminalis (spermateka),
sedangkan alat kelamin jantan terdiri atas sepasang testis, vas differentia,
seminal vesikal dan ductus ejakulatori. Alat genital betina disebut ovipositor yang
merupakan alat peletak telur berbentuk seperti jarum sedangkan alat genital
pada jantan disebut clasper. Clasper tersembunyi dalam abdomen dan dapat
dikeluarkan bila hendak digunakan Clesper balik ke ruas-ruas abdomen bila tidak
dipakai (Borror et
al., 1992).
Gambar 2. Reproduksi
Jangkrik
Saat perkawinan akan berlangsung,
jangkrik jantan akan merayap dari belakang ke bawah jangkrik betina dan
meletakkan kantong kecil berwarna putih berisi sperma, ketika mereka sudah
tepat untuk berkopulasi, sperma tersebut akan masuk dan disimpan di bawah
andomen jangkrik betina untuk bertemu dengan sel telur yang akan membuahi
telurnya (Hasegawa dan Kubo. 1996). Setelah terjadi pembuahan, jangkrik betina
akan bunting dan bertelur secara bertahap. Jumlah tersebut mungkin lebih banyak
lagi tergantung speciesnya (Sridadi dan Rahmanto. 1999).Daftar Pustaka
Borror,
D.J., C.a. Triplehorn dan N.F. Johnson. 1992. Pengenalan Pelajaran serangga. Edisi keenam. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Budi,
H.Y. 1999. Rahasia Beternak Jangkrik.
Semarang.
Jannah,
Raudatul. 2000. Optimalisasi Manajemen
Pemeliharaan Jangkrik Lokal (Gryllus bimaculatus de greex) Selama Masa
reproduksi. Jurusan Ilmu Produksi ternak Fakultas Peternakan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Karjono.
1999. Jangkrik Pilihan Untuk Tangkaran.
Trubus. Bandung.
Paimin,
F.B., L.E. Pudjiastuti dan Erniwati. 1999. Sukses
Beternak Jangkerik. Cetakan 1. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sridadi
dan Rachmanto. 1999. Teknik Beternak
jangkrik. Penerbit kanisius. Jakarta.
Sukarno,
H. 1999. Budidaya jangkrik. Penerbit
kanisius. Jakarta.
Suseno.
1999. Beternak jangkrik Untuk Mancing.
Trubus. Bandung.
Aduh Mama sayange, Potong bebek saja...hihi
BalasHapusijin copas gan http://agenjangkrik.blogspot.com/
BalasHapuswow artikel yg bagus sekali ,mampir yuk kak terimakasih
BalasHapushttp://belalang.godaddysites.com/
.