Minggu, 26 Mei 2013

Klasifikasi Jangkrik


KLASIFIKASI JANGKRIK
Jangkrik merupakan serangga lompat yang termasuk dalam family Gryllidae. Ada sekitar seribu spesies jangkrik yang hidup terutama di daerah tropis. Banyak juga spesies yang hidup di daerah yang beriklim sedang yaitu, dengan suhu 26-33derajat C dan kelembaban 75-80%.
Usaha budidaya jangkrik di Negara kita sangat didukung oleh iklim, cuaca, ketersediaan lahan ataupun jenis jangkrik yang ada di sekitar kita. Usaha budidaya ini dilakukan untuk menghindari kelangkaan dan kepunahan akibat perburuan yang intensif dan habitat jangkrik yang semakin terdsak oleh modernisasi atau perluasan daerah perkotaan serta dampak penggunaan pestisida. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan jangkrik sebagai pakan hewan piaraan, maka sudah saatnya serangga ini dibudidayakan secara lebih intensif dan kontinyu, sehingga dapat memenuhi permintaan pasar.





Gambar 1. Jangkrik (Gryllus sp.)
Jangkrik merupakan jenis insekta yang hidup di semak-semak rerumputan pekarangan. Menurut Borror (1992) jangkrik dikelompokkan dalam :
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Klas                 : Insecta
Ordo                : Orthoptera
Sub Ordo         : Ensifera
Famili              : Gryllidae
Sub Famili       : Gryllinae
Genus              : Gryllids
Spesies : Gryllus mitratus (Jangkrik celiring)
                         Gryllus testacius (Jangkrik cendawang)
                         Gryllus bimaculatus de geex (Jangkrik kalung)
Sumber            : Jannah. 2000
Menurut Paimin et al. (1999), jangkrik-jangkrik yang hidup dan berkembang biak di Indonesia sebanyak sekitar 123 jenis, dan belum diketahui dengan pasti asal usul bangsanya, karena belum terklarifikasi dengan baik da nada yang hanya nama daerahnya. Jangkrik jawa Gryllus bimaculatus atau kalung (karena pangkal sayap luarnya bergaris kuning menyerupai kalung) memiliki panjang tubuh (dari kepala hingga ujung perut) kurang lebih 2-3 cm. warna tubuh bervariasi, tetapi pada umumnya coklat kehitaman dan hitam. Ras yang mempunyai sayap dan tubuhnya berwarna kuning kemerah-merahan disebut jerabang dan yang hitam legam disebut jeliteng, yang ukurannya bisa sampai 5 cm. jenis Gryllus bimaculatus ini umumnya dimanfaatkan untuk pakan burung, ikan dan aduan karena agresivitas dan kerikannya yang nyaring (Suseno, 1999).
Penyebaran Dan habitat Jangkrik
Jangkrik dapat ditemui hamper di seluruh Indonesia, tetapi lebih banyak ditemukan di daerah yang kering yang bersuhu 20-30derajat C dan kelembaban 65-80% (Sukarno. 1999), tanahnya gembur atau berpasir dan tersedia banyak tumbuhan semak belukar. Jangkrik hidup bergerombol dan bersembunyi dalam lipatan-lipatan daun kering atau bongkahan tanah.
Jangkrik yang termasuk family Gryllidae ada sekitar 1000 jenis jangkrik. Kelompok ini terutama hidup di daerah tropis. Jenis jangkrik yang paling umum dikenal masyarakat adalah jangkrik kalung atau Gryllus bimaculatus. Di alam bebas bentuk dewasa jangkrik kalung hanya bisa ditemukan pada musim-musim tertentu kira-kira bertepatan dengan musim bunga Eulolia amaura (rumput lamuran), karena mempunyai hubungan yang erat (jangkrik jantan yang digelitik dengan bunga tersebut akan marah, lalu diadu dengan jantan lain).
Jangkrik lokan jenis bimaculatus ini ditemukan secara soliter di kebun tembakau, kacang, mentimun, di tanah kemerahan yang berpasir. Memasuki musim kemarau jangkrik hijrah mendekati sumber-sumber perairan, seperti di rumput kaso atau ilalang di pinggir sungai (Karjono. 1999). Pada siang hari, jangkrik kalung bersembunyi di bawah batu-batuan, reruntuhan pohon atau dalam tanah. Pada malam hari jangkrik berkeliaran mencari makanan dan pasangan.
Makanan Jangkrik
Jangkrik makan sejumlah besar aneka ragam bahan anabti dan hewani. Jenis pakan yang disukai oleh jangkrik adalah daun-daun muda yang banyak mengandung air sebagai pengganti minum seperti sawi, kubis, bayam, daun papaya, dan lain-lain. Untuk jangkrik dewasa biasanya diberikan ketimun yang juga sebagai pengganti air minum. Kebutuhan protein diperoleh dari penambahan pakan kering yang sudah dihaluskan (Budi. 1999).
Tipe dan jumlah pakan yang dimakan serangga ini dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, kelakuan, dan seringkali berbagai sifat-sifat morfologik lainnya.
Perkembangbiakan Dan Reproduksi Jangkrik
Usaha jangkrik untuk mempertahankan keturunannya dilakukan melalui siklus reproduksi. Ini dimulai dengan proses kopulasi antara jangkrik dewasa jantan dan betina, yang dicapai pada usia sekitar 70-80 hari. Usia jangkrik betina siap kawin ditandai dengan keluarnya sayap terbang dan ovipositor secara lengkap, gerakannya gesit atau lincah dan pada jantan, diiringi dengan suara ngekrik yang keras (Sukarno. 1999).
Jangkrik adalah serangga yang memiliki system reproduksi dioceus yaitu kelamin jantan dan betina terdapat pada individu yang berlainan. Alat kelamin serangga biasanya terletak pada ruas abdomen delapan dan sembilan. Ruas-ruas ini memiliki sejumlah kekhususan yang berkaitan dengan kopulasi dan peletakan telur.
Alat reproduksi serangga betina terdiri atas sepasang ovarium dengan bagian-bagiannya yang terdiri atas indung telur (ovariolla), saluran telur (oviduct), oogonia, sel folikel, sel germanium, oosit dan reseptakulum seminalis (spermateka), sedangkan alat kelamin jantan terdiri atas sepasang testis, vas differentia, seminal vesikal dan ductus ejakulatori. Alat genital betina disebut ovipositor yang merupakan alat peletak telur berbentuk seperti jarum sedangkan alat genital pada jantan disebut clasper. Clasper tersembunyi dalam abdomen dan dapat dikeluarkan bila hendak digunakan Clesper balik ke ruas-ruas abdomen bila tidak dipakai (Borror et al., 1992).


Gambar 2. Reproduksi Jangkrik
Saat perkawinan akan berlangsung, jangkrik jantan akan merayap dari belakang ke bawah jangkrik betina dan meletakkan kantong kecil berwarna putih berisi sperma, ketika mereka sudah tepat untuk berkopulasi, sperma tersebut akan masuk dan disimpan di bawah andomen jangkrik betina untuk bertemu dengan sel telur yang akan membuahi telurnya (Hasegawa dan Kubo. 1996). Setelah terjadi pembuahan, jangkrik betina akan bunting dan bertelur secara bertahap. Jumlah tersebut mungkin lebih banyak lagi tergantung speciesnya (Sridadi dan Rahmanto. 1999).
Daftar Pustaka

Borror, D.J., C.a. Triplehorn dan N.F. Johnson. 1992. Pengenalan Pelajaran serangga. Edisi keenam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Budi, H.Y. 1999. Rahasia Beternak Jangkrik. Semarang.
Jannah, Raudatul. 2000. Optimalisasi Manajemen Pemeliharaan Jangkrik Lokal (Gryllus bimaculatus de greex) Selama Masa reproduksi. Jurusan Ilmu Produksi ternak Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Karjono. 1999. Jangkrik Pilihan Untuk Tangkaran. Trubus. Bandung.
Paimin, F.B., L.E. Pudjiastuti dan Erniwati. 1999. Sukses Beternak Jangkerik. Cetakan 1. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sridadi dan Rachmanto. 1999. Teknik Beternak jangkrik. Penerbit kanisius. Jakarta.
Sukarno, H. 1999. Budidaya jangkrik. Penerbit kanisius. Jakarta.
Suseno. 1999. Beternak jangkrik Untuk Mancing. Trubus. Bandung.

Jumat, 24 Mei 2013

jangkrik


Bagaimana hubungan tingkat kicau jangkrik dengan suhu lingkungan??
Jawab : Hubungan antara suhu dan tingkat kicau dikenal sebagai Hukum Dolbear. Dengan menggunakan hukum ini adalah mungkin untuk menghitung suhu dalam Fahrenheit dengan menambahkan 40 hingga jumlah celetuk diproduksi dalam 14 detik oleh pohon bersalju kriket umum di  Amerika Serikat. jangkrik, seperti semua organisme lain memiliki banyak reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh mereka.Ketika suhu naik, menjadi lebih mudah untuk mencapai batas tertentu atau energi aktivasi, dan reaksi kimia seperti yang terjadi selama kontraksi otot yang digunakan untuk menghasilkan kicau, terjadi lebih cepat. Saat suhu turun, laju reaksi kimia dalam jangkrik tubuh melambat, menyebabkan karakteristik, seperti kicau, untuk juga memperlambat. Jangkrik memiliki membran timpani terletak persis di bawah bagian tengah dari masing-masing sendi kaki depan (atau lutut).